Kamis, 29 Oktober 2015

Aku Memimpikan Pertemuan Ini DenganMu

Ribuan malam menatap bintang dan harapan
Dan ribuan siang Menahan terik penantian
Mungkin Tuhan ingin Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan Dalam do'a-do'a Mendekatkan jarak Kita

Tuhan pertemukan Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintai-Mu mencintai rasul-Mu
Di Multazam ku meminta

Ribuan pagi Menatap terbit matahari
Dan ribuan senja menahan gemuruh di dada
Mungkin Tuhan ingin Kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan Dalam do'a-do'a Mendekatkan jarak Kita

Tuhan pertemukan Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintai-Mu mencintai rasul-Mu
Di Multazam ku meminta

Hingga malaikatpun tersenyum mendo'akan kita
Menguatlah keyakinan dihati

Tuhan pertemukan Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintai-Mu mencintai rasul-Mu
Di Multazam ku meminta

Tuhan persatukan Aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang kan menemaniku menuju surga-Mu
Halaqah cinta Tempat hati bertemu
Halaqah cinta Tempat hati bersatu.

Senin, 26 Oktober 2015

Aku Masih Menyimpan Rekaman Suaramu

Memang tak mudah menghilangkan bayangan kenangan yang kadang rindu ia datang menjelma tak terduga, ketika dalam diam dan sunyi sering kali hadir tak di undang.
Biasanya aku hanya mencari sesuatu yang membuatku rindu itu, mungkin otak ini penuh dengan segelumit kesibukan tetapi ada saatnya terlintas bak cuplikan memori yang selalu hadir berjalan bergantian.
Mungkin hadirmu kala itu memberikan keseimbangan dan kelengkapan pada masa itu, namun harus ku akui masa terus menjadi jadi dan berganti lagi, tetapi tetap saja rekaman suaramu tetap menjadi satu kata rindu yang menggema di ingatanku, saat itu menggebunya engkau dan aku.
Aku menyadari kali ini, kenangan tetaplah sesuatu yang telah berlalu dan takkan pernah ku ikuti ataupun ku selami lagi, tetapi pelengkapku kala itu membuatku sadar bahwa kesia-siaan itu akan tiada berarti jika kita tidak bertahan untuk mengukir kenangan ketika bersama.
Perbedaan rasa itulah yang mengembalikanku dalam sesuatu yang berbeda dari jalan cerita hidupku yang lain, tetap saja aku di bayangi rindu, takkan ku hapus itu semua, biar aku yang akan menikmati setiap detik dari hariku yang kuluangkan hanya untuk mereka yang hadir dan mengukir kisah hidup denganku.

Minggu, 25 Oktober 2015

Lelaki Singgahku

Belajar mengenal sosok seseorang mungkin butuh waktu untuk mendalami tiap apa yang ia ucapkan dan apa yang ia lakukan.
Memang perkenalan itu aku yakini tidaklah kebetulan mungkin pada saat itu Tuhan menghadirkan ia yang pandai membawa alur hingga saat waktunya tiba ia hanya singgah dan berpaling arah.
Cukup banyak seharusnya aku belajar dengan apa yang sudah terjadi. Tetap saja jalan cerita hidupku membawa ke arah yang sama.
Ia yang sekarang membekas cerita dalam kehidupanku begitu dekat denganku dulu. Ternyata berpaling dan memilih yang lebih baik untuk hidupnya. Aku tak berharap untuk memasuki kehidupannya lebih dalam, awalnya aku tertarik dengan cerita hidupnya, dan perlahan aku ingin mengukir kisah hidup dengannya walau hanya singgah sebentar kurasa pada waktu itu akan buatku mengerti makna kehidupkan sebenarnya.
Cukup lama aku mengenalnya sampai bersikapku pun berbeda dari biasanya, aku pikir ini akan berdampak baik untukku, karena semua orang yang ku temui biasanya memperlakukanku dengan cara yang indah. Tetapi ia berbeda, ku rasa kita yang telalu kekanak-kanakan menimbulkan rasa acuh tak acuh dan tak saling memiliki.
Awalnya saja yang berasa indah, ternyata lama terus di jalani semakin tak peduli semakin kekanak-kanakan. Kenapa indah bila harus berakhir dengan kepedihan?
Tetapi semua telah terjawab bahwa itulah keinginan yang kita simpan dipikiran kita untuk melepaskan yang seharusnya tidak usah untuk dipertahankan.
Singgah itu sesaat.
Memang akui saja kita tak ada hasrat untuk saling memiliki? Tak ada hasrat untuk saling bersama? Jika hanya singgah begitulah demikian rasa yang tercipta.
Terlalu banyak menuntut tanpa memperjuangkan itu semua, tak usahlah lagi melirik dan mengumbar.
Kita tahu siapa diri kita, kita bisa untuk mendekati siapa saja, jika hanya singgah lebih baik tiada kan lah harapan untuk mendekat dekat lebih dalam untuk hadir di kehidupannya.

Lelaki Penolongku

Hai...
Jejujurnya aku sangat merindukanmu, maaf kalau selama ini aku terus menjauhimu karena menurutku engkau terlalu baik. Memang saat ini dan kemarinpun engkau selalu hadir dan selalu ada buatku, memang hadirmu membuat suasana baru dalam hidupku. Memang engkau berbeda dari kebanyakan lelaki lainnya
Engkau yang tulus, yang dermawan, suka menolong itu yang membuatku tertarik untuk membuatmu tersenyum.
Dan aku tak ingin melihatmu sedih. Lucu sih memang...
Kan aku yang sering nangis kalau apa-apa curhatnya sama kamu.
Engkau yang terkadang memahami perasaan ini dan tahu keinginanku dan membuatku semangat kembali.
Sering kasih senyuman, kejutan dan ulah konyol yang kadang buat aku nggak tega.
Kadang aku merasa kasmaran, tapi  terkadang ulahmu yang berlebihan itu? Membuatku ilfel mungkin apa karena kita begitu dekat? Sehingga apa yang kita rasakan selalu salah? Tingkah?
Setidaknya dengan hari-hari berlalu ini kita bisa memproteksi diri, untuk tidak saling berbicara, sama-sama memahami kemauan diri, mungkin aku tetap ingat janjimu. Tetapi waktu yang nantinya akan merubah semuanya. Itu yang akan ku nanti.

Lelaki Bersorban Putih

Mungkin ini jodoh atau kebetulan saja tetapi aku tetap berprasangka baik kepada-Nya. Dan lucunya hari-hariku semakin bermakna semenjak hadirnya yang semakin buat hidupku berwarna, mungkin karena nasihatnya, atau mungkin kharismatik yang ia miliki membuatku kagum dan terus menyebutnya. Sosok ia lah sejujurnya yang ingin ku miliki, karena dalam sikapnya, tuturnya, gaya bicaranya, dan bahasa tubuhnya pun sangat membuatku nyaman.
Entah sampai kapan aku bisa hanya untuk mengaguminya bermimpipun untuk hidup bersamanya pun aku biasa terlintas tetapi mimpi bolehkah indah? Aku selalu berharap Tuhan memberikan semua hal yang terbaik dan memberi pelajaran berharga dalam hidupku ini. Memang aku takkan menyerah dengan takdir. Aku hanya ingin mengubah nasibku ketika Ia mengizinkan aku untuk terus dekat dan memperlakukanmu dengan sebaik-baiknya.
Jujur dalam doaku aku terus menyebut namamu agar Tuhan menjadikan kita jodoh.
Tetapi yakin bila bukan engkau nantinya namun tetap aku berharap pasti. Engkaulah lelaki bersorban yang akan menuntunku dan aku yang menemanimu...
Engkau yang akan nantinya melindungiku, aku yang nantinya akan terus bersamamu.
Sampai saat ini aku masih menyebutmu, dan tetap akan mengaggumimu.
Karna engkau layak untuk itu.

Selasa, 20 Oktober 2015

Kembali Menahan Perih

Entah sampai kapan harus menahan sabar ini. Tetapi sabar memang tiada batas. Hanya saja hati dan pikiran lah yang dapat memberi peringatan untuk menahan amarah.
Sangat lama aku menahan sabar mungkin 8 tahun ini. Walaupun ku pendam sendiri tetapi akan ada saja objek/sesuatu yang jadi pelampiasan amarah.
Memang Tuhan memberikan hikmah di setiap ujian dan tantangan yang harus kita coba dan kita nikmati walaupun sulit, perih, menderita, penuh kesengsaraan, tak jarang merlumur darah bahkan air mata. Tetapi akan ada masa kita bahagia, tersenyum, tertawa, bercanda ria, menikmati hari dengan lepas dan tanpa beban. Semua itu pastilah beriringan. Takkan mungkin Tuhan menghadirkan perbedaan Siang dan Malam, hidup dan mati, Mudah dan sulit. Semua itu pasti beriringan dan takkan pernah pisah. Aku makin yakin Tuhan akan mengindahkan kehidupanku ini. Walaupun sekarang kesabaranku kadang tak menentu.
Ya Tuhanku...
Sejujurnya aku sangat menyayangi dia lebih dari apapun aku akan selalu menjaganya. Ku mohon kembalikanlah ia seperti ia menyayangi dan kembali mencintai aku dan harmonis kembali.
Aku sedih melihatnya seperti ini...
Tak tega dengan semua takdir hidupku, biar tak ada yang begini aku belum siap menerima kenyataan ini.
Tetapi aku hanya bisa menghindar dari semua ini, tak dapat ku ungkapkan lagi tragedi yang terus terulang kembali hari demi hari ini.
Lelah tak ujung usah!
Kalau terhitung dosa mungkin terlalu banyak diri ini untuk hal itu. Tetapi dengan memahaminya pun aku tak kuasa lagi, mengerti ia pun tak jadi acuhan lagi. Biarlah hal itu terus terulang kembali sampai batas waktu. Lelah itu akan berganti. Hal yang indah di inginkan, semoga Tuhan tahu aku selalu mendoakannya walau sakitku ini belum tentu sesakit ia menyayangiku seumurku ini. Tetap aku ingin ia kembali dan menyayangiku.
(Mom, 2 Januari 2009)

Senin, 19 Oktober 2015

1 Tahun Kepergian Ayah

Setahun sudah ayah meninggalkanku pergi, jujur dari hati aku sangat merindukannya kasih sayang ayah yang takkan pernah terbalaskan. Pengorbanan untuk anak-anaknya kesabaran yang luar biasa menghadapi tingkah dan sikap istri dan kelakuan anak-anaknya yang masing-masing memiliki pribadi yang berbeda. Ayah aku teringat tanda kepergianmu, saat-saat kepergianmu. Sebelumnya ayah mungkib ungkapan terima kasih dan sayang ini tak cukup ku utarakan doa di setiap sujud. Karna begitu besar cinta dan sayangku padamu ayah. Banyak impian-impian yang akan kita wujudkan bersama. Sejujurnya tiadamu ayah bagai patahkan kedua sayapku. Aku ibarat burung yang ingin terbang tinggi kemudian takkan pernah bisa ayah... kepakkan sayap ini takkan mampu lagi untuk terbang jauh tiadamu.
Ayah...
Saat kematianmu setahun yang lalu menggetarkanku bagimana bisa orang menghantarkan jenazahmu berderet di sepanjang jalan jumat itu. Terharu berbangga padamu ayah, selama engkau hidup banyak waktu dan pikiranmu kau prioritaskan untuk ummat. Ayah ingin ku menjerit kala itu betapa aku takkan pernah menyesal menjadi anakmu. Terima kasih Tuhan engkau temukan aku dengan Ayahku hidup bersama denganya.
Aku tak habis pikir dengan takdirMu Tuhan. Bagaimana indah kau ukir sekenario hidupku ini. Di saat aku menyadari bagaimana rasa kehilangan itu, engkau tetap membuatku kuat tanpa meneteskan air mata.
Ayah tahukah engkau di saat engkau memelukku dan engkaupun menangis kala itu aku merasakan dekapan hangat yang mengisyaratkan aku, kau akan meninggalkanku untuk selama-lamanya terakhir wisudaku itu yang engkau lakukan. Tak berbilang pengorbanan dan doa-doamu selama hidupmu ayah.
Ingatkanku sesaat sakitmu mengerang pilu, pesan terakhirmu, dan saat engkau berbaring tetap wudhu yang engkau minta agar engkau menghadap Rabb Mu dalam keadaan suci. Di disitu aku gemetar ayah... takkan bisa di sisa umurku mengingat hal yang begitu penting engkau menyiapkan diri untuk kembali kepada Ilahi.
Ayah aku berjanji.
Selamanya aku akan menjaga dan melindungi ibu karna aku sangat menyayangimu. Memang saat ini tak ada lagi tempat tertawa dan mendengarkan ceritamu sesaat muda dulu. Menemanimu makan di meja makan, menciummu diam-diam saat engkau lagi tidur bersama ibu. Memang tiada lagi rutinitas itu. Tapi yakinlah ayah...
Doa untukmu takkan pernah putus, aku akan mengikuti perjuangamu dalam mengayumi orang lain. Bersikap lembut, menentramkan hati, bermanfaat bagi orang banyak, dan mencintai Allah. Tak hanya engkau butuh namun hadirkan Allah di setiap aktifitasmu. Ayah ujarmu kala itu ku jadikan bingkisan yang indah di akhir nanti. Semoga kita di pertemukan di surga bersama selamanya. Aku berjuang untuk mendapatkan surga itu ayah. Tunggu aku.
(Putih, jumat, 31 oktober 2014)